Kenapa  Mesti  Bingung  Pilih  Jurusan?
Suatu hal yang wajar bila muncul rasa bingung ketika kita dihadapkan berbagai pilihan. Akan ada  keraguan saat  melangkah manakala kita belum tahu banyak tentang pilihan yang harus kita ambil. Pertimbangan-pertimbangan apa yang bisa kita jadikan dasar untuk menjatuhkan pilihan pada opsi yang dihadapkan kepada kita?

Begitu pula ketika seorang siswa sekolah menengah atas hendak meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi, kuliah. Beragamnya jurusan maupun lembaga perguruan tinggi yang ada seringkali menimbulkan ketidakmantapan untuk memasukinya. Ditambah lagi apabila ada pengaruh atau tekanan dari luar, semisal keinginan orang tua yang harus dituruti atau sekedar mengikuti teman-teman. Padahal, sebenarnya ia kurang minat sehingga muncullah fenomena salah jurusan.
 Apa yang sebaiknya kita lakukan jika itu yang terjadi? Ada dua pilihan: tetap bertahan untuk menjalaninya atau memilih segera pindah ke jurusan lain yang kita minati.
Bertahan, tidak banyak orang yang mampu melakukannya. Memperkuat tekad untuk lebih bersabar dengan apa yang telah ia pilih meski ternyata tidak sesuai keinginannya. Daripada harus membuang energi, waktu, dan biaya untuk mengubah pilihan, sementara  fakta bisa menunjukkan bahwa apapun jurusannya asalkan orang tersebut bisa mengembangkan potensi luar biasa dalam dirinya tentu kesuksesan bukan hal yang mustahil untuk diraih. Dengan berusaha mencintai apa yang telah kita pilih dan berpikir positif bahwa itu akan mendatangkan kebaikan bagi kita kedepan niscaya kita dapat menikmatinya, bukan menganggapnya sebagai beban. Bukankah dengan memilih jurusan yang beda dari yang kita mau, itu bisa memperkaya ilmu kita?
Namun, kita tidak memungkiri juga bilamana seseorang harus melakukan sesuatu yang tidak ia sukai, maka hasilnya kurang optimal. Alternatif untuk pindah jurusan bisa kita ambil dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan, jika memang sudah tidak lagi bisa bertahan.
Bisa kita tengok di setiap tahun ajaran baru akan banyak pendaftar yang mengikuti seleksi untuk pindah jurusan karena merasa tidak cocok dengan jurusan yang ia ambil sebelumnya. Alasannya beragam, untuk mengembalikan semangat dan motivasi, agar bisa mengembangkan bakat dan kemampuan dengan mengasahnya di tempat yang sesuai. Selain itu, juga dalam rangka usaha mewujudkan impian yang belum tercapai , misalnya karena belum lolos seleksi pada tahun lalu seseorang kembali mencoba ikut seleksi lagi.

Bagaimana dengan Diri Saya?


Saya kira akan menarik jika saya menceritakan topik salah jurusan ini dari sudut pandang saya sendiri. Sudah satu semester lebih saya lalui studi pada jurusan dan Universitas yang dulu saya pilih sewaktu ikut seleksi itu. Saya akui, sewaktu memilihnya saya tidak tahu-menahu  akan pilihan saya itu, terkesan asal-asalan memang. Bahkan, dapat saya katakan bukan pilihan itu yang sebenarnya saya ingini. Bagaimana mungkin orang akan menginginkan sesuatu yang ia tidak tahu? Cukup jauh melesetnya dari yang saya rencanakan.
Apakah kemudian saya menyesal? Saya akan menjawab : tidak. Pada mulanya, ada keterpaksaan yang muncul timbul tenggelam. Kadang, begitu ingin saya meninggalkannya sementara di lain waktu justru sebaliknya. I have dreams and want my future to be bright. Ketika memikirkan masa depan dan mimpi-mimpi yang saya bangun, perasaan itu perlahan sirna. Tetapi kemudian, di saat tertentu masih ada sisa-sisa perasaan itu yang kembali hadir.
Sekali lagi saya nyatakan bahwa saya tidak menyesal dan saya tidak mau menganggap bahwa saya salah jurusan. Saya tidak mau terbebani biarpun ini berjalan bukan seperti kemauan saya. Berpikir untuk pindah jurusan bagi saya yang lahir dalam keluarga berekonomi lemah  adalah bodoh. Kalaupun sempat   terlintas, itu hanya sebatas pengandaian dan sangat kecil kemungkinannya menjadi realita. Eman-eman ya, begitu kata orang jawa menyayangkan.  
Bagaimanapun juga, menjadi mahasiswi sekaligus etoser sungguh hal yang patut saya syukuri dimana ada banyak orang yang menginginkannya namun, tidak semua yang bisa mendapatkannya. Saya pikir alangkah tidak bertanggung jawab apabila kemudian saya memilih mundur sebelum berhasil menjalani konsekuensi atas pilihan yang dulu saya ambil.
Saya tidak mau menjadi pecundang. Saya akan bertahan, apapun yang terjadi saya, Dhanik Budiarti, harus dapat menyelesaikan studi saya dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dengan prestasi setinggi-tingginya. Akan saya buktikan, saya mampu  meraih sukses. Posisi dan peran saya sebagai etoser saya yakini adalah sebuah jalan yang Alloh kehendaki untuk saya tempuh. Di sana ada begitu banyak kebaikan yang telah Alloh atur untuk saya, seorang hamba yang berusaha menempatkan kecintaan tertinggi dan menggantungkan diri hanya kepadaNya.
Buat apa susah…
Buat apa susah…
Susah itu tak ada gunanya!
So, enjoy sajalah!

Semarang,  Rabi’ul akhir 1431 H

Copyright © 2012 What's life?Template by :Urangkurai.Powered by Blogger.Please upgrade to a Modern Browser.